Aktivis,
Port Numbay,Neg.-Kolonial Indonesia tengah dalam keraguan akan lepasnya Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keraguan Indonesia tersebut telah nampak, ketika Kemajuan Perjuangan Papua Merdeka melalui lobi diplomasi politik tingkat Internasional oleh eksekutif The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang saat ini telah mencapai tingkat Dewan Komite24 (Dekolonisasi PBB).
Ketua Parlemen Nasional West Papua, Buchtar Tabuni mengatakan, saat ini ada empat (4) poin strategi perpecahan yang sedang dimainkan oleh Kolonial Indonesia untuk menghancurkan nasionalisme bangsa Papua. Strategi yang dimaksud adalah, (1) Isu Gunung dan Pantai, (2) Isu saling Membedakan antara Faksi perjuangan Papua Merdeka, (3) Saling membenarkan dan menyalahkan Deklarasi setiap faksi perjuangan, dan yang terakhir (4), ini merupakan permainan yang paling kental dimainkan oleh kolonial Indonesia yaitu isu perjuangan Sukuisme, Margaisme, Daerahisme dan Komandoisme.
4 Strategi Sedang digunakan Kolonial Indonesia untuk Menghancurkan Nasionalisme Orang Papua
Gambar: Ilustrasi Nasionalisme Papua dalam aksi Demo Damai. |
Port Numbay,Neg.-Kolonial Indonesia tengah dalam keraguan akan lepasnya Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keraguan Indonesia tersebut telah nampak, ketika Kemajuan Perjuangan Papua Merdeka melalui lobi diplomasi politik tingkat Internasional oleh eksekutif The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang saat ini telah mencapai tingkat Dewan Komite24 (Dekolonisasi PBB).
Empat strategi ini yang kolonial Indonesia sedang mainkan, sehingga semua pejuang Papua Merdeka perlu untuk mewaspadainya, agar tidak terjadi hal-hal diluar dugaan dalam perjuangan Papua Merdeka.
"Menurut saya, strategi perpecahan nasionalisme bangsa Papua yang di mainkan oleh pemerintah kolonial Indonesia yang perlu di waspadai oleh semua pejuang Papua merdeka. Pertama, Isu gunung dan pantai, Kedua Isu membedakan faksi ini yang benar dan faksi itu salah, Ketiga Isu deklarasi faksi ini yang benar dan deklarasi faksi itu salah, Keempat Dan yang terakhir yang kental adalah isu perjuangan sukuisme, margaisme, daerahisme dan komandoisme", paparnya melalui akun halaman Facebook resminya @BUCHTAR TABUNI (18/06/2017).
Ia melanjutkan, yang sedang terjadi dalam kubu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adalah poin yang keempat. Hal itu terjadi bertepatan dengan berjalannya penandatanganan petisi manual di seluruh wilayah West New Guinea (Papua).
"Poin ke empat ini yang sedang terjadi di kubu KNPB, bertepatan dengan berjalannya petisi manual di seluruh wilayah West New Gunea (Papua)" ujarnya.
Buchtar mengatakan, kubu KNPB yang berseberangan dengan Penandatanganan Petisi Manual ini, mereka beranggapan Petisi tersebut merupakan agenda kepentingan Benny Wenda, Buchtar Tabuni dan antek-anteknya, hingga dengan bahasa provokatornya mereka memprovokasi rakyat West Papua agar tidak terlibat dalam penandatanganan Petisi tersebut.
Buchtar mengatakan, kubu KNPB yang berseberangan dengan Penandatanganan Petisi Manual ini, mereka beranggapan Petisi tersebut merupakan agenda kepentingan Benny Wenda, Buchtar Tabuni dan antek-anteknya, hingga dengan bahasa provokatornya mereka memprovokasi rakyat West Papua agar tidak terlibat dalam penandatanganan Petisi tersebut.
"Kelompok ini menilai petisi manual adalah agenda kepentingan BW (Benny Wenda) BT (Buchtar Tabuni) dan antek-anteknya lalu memprovokasi dan membatasi rakyat west Papua untuk tidak terlibat dalam petisi manual", ujar pendiri sekaligus mantan ketua KNPB itu.
Ia berpesan agar seluruh Pejuang Papua Merdeka dan rakyat Papua untuk tetap waspada. "Waspadaa" tegasnya.
0 komentar: