Informasi,
Tim nasional Indonesia berpartisipasi pada 1961, 1962 (runner up), dan 1970. Pada kompetisi tahun 1973, Indonesia diwakili oleh Persija Jakarta yang pulang membawa trofi setelah mengalahkan Malaysia 3-2.
Acub memberangkatkan Persipura tanpa restu Menteri Dalam Negeri Amirmahmud. Persipura transit di Singapura sebelum ke Saigon untuk mengikuti turnamen yang digelar pada 1-10 November 1974.
“Saya nekat dan ngawur. Waktu saya memimpin Irian, bola adalah alat untuk kebanggaan Irian. Suatu saat kita mau bawa ke Bangkok, saya minta izin pada Pak Menteri Amir Machmud. Jawabannya: ‘Ada apa nih, si Acub? Masak gubernur bawa (tim) bola ke Bangkok?’” kenang Acub dalam biografinya, Acub Zainal: I Love the Army.
“Buat saya ini pertama kali membawa nama bangsa. Zonder (tanpa) izin dari Yang Mulia Menteri, saya berangkat. Saya berhenti dulu di Singapura satu malam, menyesuaikan diri,” imbuh Acub.
“Keadaan Vietnam sedang gawat. Pak Soerono minta kalau bisa kesebelasan yang saya bawa jangan sampai menang. Berikan kesempatan pada mereka (Vietnam) untuk bergembira. Saya dapat perintah begitu,” ungkap Acub.
Persipura datang dengan tim terbaik asuhan pelatih asal Singapura,
Choi Song On, dengan kiper Suharsoyo yang diboyong dari Persema Malang.
Persipura tak pernah kalah di babak penyisihan grup. Menang 3-1 melawan
timnas Khmer (kini Kamboja) dan imbang 1-1 melawan timnas Thailand.
Persipura jadi juara Grup B.
“Di final akhirnya saya kalahkan. Kita cuma jadi juara dua, bukan juara pertama,” tandas mantan Panglima Kodam Cendrawasih Irian Jaya itu.
Persipura harus rela menjadi runner up setelah kalah 0-2 dari Vietnam Selatan. Persipura urung menyamai Persija Jakarta yang menjuarai turnamen itu setahun sebelumnya. Inilah harga dari solidaritas antarbangsa Asia Tenggara.
Sumber: Historia.ID
Tahun 1974 Persipura Pernah “Dipaksa” Mengalah Mewakili Indonesia
Pada semifinal 9 November 1974, Persipura mengalahkan timnas Taiwan 2-0. Di laga final, Persipura melawan tuan rumah timnas Vietnam Selatan. |
Di tengah peperangan, Vietnam menggelar Quoc Khanh
Cup atau Vietnam National Day Tournament, kompetisi invitasi yang
bergulir sejak 1961 sampai 1974. Kompetisi yang selalu digelar di Saigon
ini tidak diadakan pada 1963, 1964, 1968, dan 1969.
Tim nasional Indonesia berpartisipasi pada 1961, 1962 (runner up), dan 1970. Pada kompetisi tahun 1973, Indonesia diwakili oleh Persija Jakarta yang pulang membawa trofi setelah mengalahkan Malaysia 3-2.
Pada kompetisi terakhir tahun 1974, Indonesia diwakili oleh Persipura Jayapura. Rombongan tim dipimpin oleh Gubernur Irian Jaya Brigjen TNI (Purn.) Acub Zainal. Untuk biayanya, dia meminjam sebesar Rp.30 juta dari uang tanah ulayat masyarakat adat Suku Wadi, Bano, Merabano, Nasadit dan Sem.
Acub memberangkatkan Persipura tanpa restu Menteri Dalam Negeri Amirmahmud. Persipura transit di Singapura sebelum ke Saigon untuk mengikuti turnamen yang digelar pada 1-10 November 1974.
“Saya nekat dan ngawur. Waktu saya memimpin Irian, bola adalah alat untuk kebanggaan Irian. Suatu saat kita mau bawa ke Bangkok, saya minta izin pada Pak Menteri Amir Machmud. Jawabannya: ‘Ada apa nih, si Acub? Masak gubernur bawa (tim) bola ke Bangkok?’” kenang Acub dalam biografinya, Acub Zainal: I Love the Army.
“Buat saya ini pertama kali membawa nama bangsa. Zonder (tanpa) izin dari Yang Mulia Menteri, saya berangkat. Saya berhenti dulu di Singapura satu malam, menyesuaikan diri,” imbuh Acub.
Di Singapura, Acub bertemu dengan Jenderal TNI Surono Reksodimedjo, wakil panglima ABRI. Surono meminta kepada Acub agar Persipura mengalah. Bukan untuk uang melainkan atas nama solidaritas sesama bangsa Asia Tenggara yang tengah dilanda perang.
“Keadaan Vietnam sedang gawat. Pak Soerono minta kalau bisa kesebelasan yang saya bawa jangan sampai menang. Berikan kesempatan pada mereka (Vietnam) untuk bergembira. Saya dapat perintah begitu,” ungkap Acub.
Di semifinal pada 9 November 1974, Persipura mengalahkan timnas Taiwan 2-0. Di laga final, Persipura melawan tuan rumah timnas Vietnam Selatan pada 10 November. Acub teringat permintaan Surono agar tidak juara.
“Di final akhirnya saya kalahkan. Kita cuma jadi juara dua, bukan juara pertama,” tandas mantan Panglima Kodam Cendrawasih Irian Jaya itu.
Persipura harus rela menjadi runner up setelah kalah 0-2 dari Vietnam Selatan. Persipura urung menyamai Persija Jakarta yang menjuarai turnamen itu setahun sebelumnya. Inilah harga dari solidaritas antarbangsa Asia Tenggara.
Sumber: Historia.ID
0 komentar: